Jumat, 24 Januari 2014

UAS Kimia Organik Fisik



NAMA KELOMPOK  :

1.                  UCHROWIYA (F1C111051) 
2.                 NOVITA SARI SIMAMORA (F1C111049 )
3.                  RESTI TANJUNG (F1C111036)
4.                  JUMAIDA PANGGABEAN (F1C111028)


MATAKULIAH           : KIMIA ORGANIK FISIK
JUMLAH SKS             : 3 SKS
DOSEN                         : Dr. SYAMSURIZAL
WAKTU                        : KAMIS JAM 09:00 WIB S/D JUMAT JAM 16:00 WIB
PETUNJUK                 Anda boleh mengerjakan soal ini secara kelompok, buatlah kelompok maksimal 4 orang. Tulis sumbangan pikiran dari masing – masing anggota kelompok dalam menjawab soal ini. Anggota kelompol yang tidak berkontribusi tidak pelu dimasukkan dalam kelompok. Jawaban masing – masing kelompok tidak boleh sama, bila ditemukan sama dipastikan anda akan GAGAL. Jawaban diserahkan ke UNJA PASAR paling lambat hari Jumat tanggal 24 Januari 2013, Jam 16:00 dalam bentuk softcopy. Selain itu setiap anda wajib memasukan jawaban diblog masing-masing.


1.      Sebagai orang kimia, anda tentu mengenal TNT yaitu bom yang banyak digunakan dalam medan perang. Kalau senyawa ini dibuat jelaskan bagaimana cara mengontrol laju reaksi dan sekaligus mengontrol termodinamikannya. Kemukakan pula pendekatan kimia untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya ledakan. 

2.      Reaksi – reaksi radikal bebas lazimnya sukar dikontrol untuk mendapatkan suatu produk tunggal dalam jumlah banyak. Kemukakan apa saja upaya yang dapat anda lakukan untuk mengendalikan laju propagasi reaksi, berikan contoh reaksinya. 

3.       Jelaskan peran Kimia Organik Fisis dalam menjelaskan kemudahan suatu organik mengalami sublimasi. Berikan contoh senyawa organiknya.

4.      Buatlah senyawa 3-metil heksanol dengan menggunakan senyawa etana sebagai bahan dasar.


J     Jawaban :

1. TNT (Trinitrotoluena) merupakan senyawa turunan benzena yang bersifat mudah meledak. Trinitrotoluena sebagai bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. Senyawa TNT (Trinitrotoluene) dibuat dalam tiga langkah proses. Pertama, toluene dinitrasi dengan campuran sulfat dan asam nitrat pekat  untuk menghasilkan mono-nitrotoluene atau MNT. MNT tersebut dipisahkan dan kemudian renitrated ke dinitrotoluene atau DNT. Pada langkah terakhir, DNT tersebut dinitrasi ke trinitrotoluena atau TNT menggunakan anhidrat campuran asam nitrat dan oleum. Asam nitrat yang dipakai dalam proses manufaktur, dan asam sulfat encer dapat reconcentrated dan digunakan kembali. Setelah nitrasi, TNT distabilkan dengan proses yang disebut sulphitation, dimana TNT mentah dicapurkan dengan natrium sulfit encer untuk menghapus isomer kurang stabil dari TNT dan produk reaksi lainnya yang tidak diinginkan. Air bilasan dari sulphitation dikenal sebagai air merah, reaksi pembuatannya sebagai berikut :
 
Didalam proses pembuatan ini, Pengendalian nitrogen oksida dalam asam nitrat sangat penting karena bebas nitrogen dioksida dapat menyebabkan oksidasi kelompok metil dari toluena. Reaksi ini sangat eksotermik dan disertai dengan risiko berupa ledakan. Selain itu, pada proses pertama dan kedua untuk menghasilkan mono- dan di- nitrotoluene digunakan campuran penitrasi dari asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat. Oleh karena itu, untuk mengontrol agar terbentuk produk yang stabil maka dalam proses pembuatannya digunakan pendinginan untuk mempertahankan kontrol suhu. Karena pereaksi yang digunakan merupakan asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat maka laju reaksi yang terjadi cepat. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang digunakan tinggi sehingga membuat partikel-partikel sangat merapat dan mengakibatkan banyak partikel yang saling bertumbukan maka laju reaksi yang ditimbulkan cepat. Untuk mengontrolnya agar produk yang terbentuk stabil maka suhu harus diturunkan karena apabila suhu tinggi maka produk tidak stabil dan kemungkinan timbul ledakan yang dikarenakan konsentrasi yang digunakan juga tinggi dan laju reaksi akan semakin cepat apabila suhu tinggi. Sehingga, dalam proses pembuatannya suhu harus selalu dikontrol.
 

2.     Reaksi radikal pada laju propagasi. Laju propagasi sangat reaktif/mengganggu pasangan atom lain sehingga untuk mengendalikannya yaitu membuat laju propagasi menjadi tidak reaktif. Propagasi adalah reaksi yang melibatkan radikal bebas yang mana jumlah radikal bebasakan tetap sama.
Contoh 1 :
Cl + H:CH3 + 1kkal/mol ----->>   H:Cl + •CH3
Radikal bebas klor akan menjalani sederetan reaksi. Tahap propagasi yang pertama adalah radikal bebas klor yang merebut sebuah atom hydrogen dari dalam molekul metana, menghasilkan radikal bebas metil dan HCl. Radikal bebas metil juga sangat reaktif dalam tahap propagasi kedua, radikal bebas metil merebut sebuah atom klor dari dalam molekul Cl2.
Contoh 2 :
H• + CH3 OH  ---->>   CH3 HOH  ---->> CH3• + H2O
Methanol.




3. Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi padat. Proses ini terjadi tanpa melalui fasa cair. Ada beberapa senyawa organic yang mengalami sublimasi. Contohnya yaitu yodium, kamfer, naftalen dan belerang.
Disini peran Kimia Organik Fisis dalam menjelaskan kemudahan suatu organik mengalami sublimasi yaitu pada proses perubahan yang terjadi pada sublimasi. Seperti yang kita ketahui kimia organik fisik mengkaji senyawa organik yang ditinjau dari proses fisika. Pada senyawa organik  proses sublimasi dapat terjadi misalkan melalui pemanasan yang dilakukan terhadap senyawa organik yang akan menyebabkan terjadinya perubahan fasa. salah satunya antara lain apabila zat pada temperatur kamar berada dalam keadaan padat, pada temperatur tertentu akan langsung berubah menjadi fasa gas tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu. 
Contoh yang kami ambil disini yaitu yodium. Ketika dipanaskan yodium padat akan menyublim menjadi yodium gas. Yodium gas akan berubah kembali menjadi yodium padat setelah didinginkan. Sifat yodium padat setelah didinginkan sama dengan sifat yodium padat sebelum dipanaskan. Yodium mempunyai titik leleh pada 113°C, dan menguap pada temperatur 184,4 ° C menjadi gas biru-ungu dengan bau kurang sedap. Melalui sifat fisik ini lah peran kimia organik menjelaskan kemudahan suatu organik mengalami sublimasi.   
 
4.             3-metil heksanol
H3C – CH2 – CH – CH2 – CH2 – CH2 – OH


 
       CH3

Pembuatan 3-metil heksanol dengan bahan dasar etana adalah dengan melakukan penambahan 3-metil butana pada etana, sehingga terjadi reaksi adisi (penggabungan) membentuk 3-metil heksana. Untuk membuat 3-metil heksanol maka 3-metil heksana direaksikan dengan gugus alkohol sehingga terjadi penggantian gugus alkana pada senyawa 3-metil heksana menjadi gugus alcohol pada senyawa 3-metil heksanol.
      

        CH3                                                     CH3
CH3 – CH3 + CH3 – CH2 - CH– CH3   -------->    CH3 – CH2 - CH– CH2 – CH2– CH3
         Etana                 3-metil butana                                    3-metil heksana




                       CH3                                                                                                         CH3
  CH3 – CH2 - CH– CH2 – CH2– CH3 +   R-OH     ------>     CH3 – CH2 - CH– CH2 – CH2 CH2OH
3-metil heksana                                   gugus alkohol                            3-metil heksanol